Jurnalpersada – BANDARLAMPUNG : Fandi Tjandra, SE anggota DPRD Kota Bandar Lampung fraksi PDI Perjuangan kembali gelar acara sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) dan wawasan kebangsaan, di kediamannya dipemumahan Puri Perwata, di Kelurahan Perwata, Kecamatan Teluk Betung Timur (TBT),minggu (19/11/2023).
Dalam sosialisasi yang dihadiri ratusan peserta warga dari dapilnya, Fandi Tjandra mengungkapkan bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan menjadi pedoman hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Banyak negara negara di muka bumi ini terpecah -belah karena tidak memiliki ideologi negara, beruntung negara Indonesia memiliki ideologi bangsa yakni Pancasila.
“Dalam kehidupan sehari-hari kita harus menggunakan nilai luhur dari lima sila pancasila ini, karena Pancasila adalah landasan semua rakyat Indonesia yang bhineka tunggal ika,” demikian diungkapkan Anggota DPRD Kota Bandar Lampung, Fandi Tjandra yang telah 2 periode terpilih sebagai wakil rakyat.
Menurut anggota DPRD Komisi II dari fraksi PDI-Perjuangan ini, bahwa partai yang dinaungi dia, tetap konsisten sedari dulu dalam memperjuangkan ideologi pancasila mengamanatkan kepada seluruh kadernya dari tingkat pusat sampai tingkat plosok negeri, agar selalu menjaga pancasila tetap ada di dalam dada didalam hati rakyat Indonesia.
“Ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila telah ditanamkan kepada kami selaku kader PDI Perjuangan agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari” ungkapnya.
Mengakhiri sambutannya Fandi Tjandra, menyebutkan sosialisasi akan di perdalam dengan hadirnya 2 orang Narasumber, narasumber pertama, Widya Rizky Eka Putri, Ms.Ak dosen Universitas Lampung (UNILA), dan Palgunadi Mantan Anggota DPRD Provinsi Lampung sebagai narasumber kedua, serta Yopy Kahimpong, tokoh senior PDI Perjuangan provinsi Lampung sebagai moderator sosialisasi.
“Saya tidak akan panjang lebar, karena nanti akan di berikan pemaparan oleh narasumber tentang ideologi pancasila dan wawasan kebangsaan kita warga masyarakat kepada sanak saudara dan juga tetangga di lingkungan rumah”,ungkapnya sembari menutup sambutannya.
Mba Widya (nama sapaan) narasumber pertama menjelaskan tentang penjabaran sila-sila pancasila dimana sila sila-sila pancasila mengandung makna sebagai pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara dalam kehidupan sehari-hari.
“Seperti pada sila pertama Pancasila ketuhanan yang maha Esa maknanya saling menghormati dan menghargai antar pemeluk agama. Demikian juga seperti dalam sila lain-nya sila ke tiga yang berlambang pohon beringin agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh NKRI, jangan mudah terpecah belah dan juga jangan mudah terprovokasi dengan hasutan oknum yang tidak bertanggungjawab.” Paparnya.
Kembali diterangkan makna Sila ke-empatnya, “maknanya dimana bangsa Indonesia senantiasa mengedepankan musyawarah untuk mufakat, saling rembuk dalam pengambilan keputusan, dan juga dalam even demokrasi pemilihan umum pada memilih calon presiden dan juga legislatif, memilih secara bebas dan demokrasi, dan di tahun 2024 nanti kita akan kembali masuk dalam pesta demokrasi 5 tahunan, mari kita berpartisipasi memilih wakil rakyat di semua tingkatan”,ujarnya.
Pengajar Universitas Lampung ini memaparkan, dengan lahirnya pancasila sebagai ideologis negara, juga menjadi perekat bagi bangsa Indonesia yang penuh dengan perbedaan.
“Banyaknya perbedaan baik suku bangsa, agama budaya dan lain-lainnya jadikan sebagai perekat NKRI. Budaya Gotong royong adalah budaya Indonesia yang menjadi perekat dan pemersatu bangsa, tidak lagi membedakan agama suku dan sebagainya.”ujarnya.
Narasumber ke dua, Palgunadi menerangkan tentang Wawasan kebangsaan yang di cita citakan oleh Bangsa Indonesia adalah untuk memberikan pengaruh kepada bangsa Indonesia sendiri dan juga mampu memberikan pengaruh untuk bangsa lain.
“Wawasan kebangsaan itu ialah cara pandang kita sebagai warga negara terhadap tanah airnya yang terdiri dari berbagai, agama, suku, bahasa budaya serta bagaimana bangsa kita ini menjadi bangsa yang besar tetap utuh tidak terpecah belah. Dan yang kemudian politik kerakyatan, rakyat harus kuat dari seluruh sisi, kuat ideologi, kuat perkonomian, kuat sosial dan budaya, serta dilandasi oleh wawasan kebangsaan. Dan tidak menjadikan Agama sebagai alat politik, karena itu berbahaya dan membahayakan persatuan bangsa Indonesia,” ujar salah satu tokoh senior PDI Perjuangan provinsi Lampung yang saat ini menjabat sebagai ketua DPC PDI Perjuangan kabupaten Pringsewu. (Red)