Fandi Tjandra Ajak Melinda Dan KH. Ahmad Ishomuddin Sosialisasikan Ideologi Pancasila Dan Wawasan Kebangsaan

Jurnalpersada – BANDARLAMPUNG : Anggota DPRD Kota Bandar Lampung, Fandi Tjandra, SE gelar acara sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) dan wawasan kebangsaan, di kediamannya dipemumahan Puri Perwata, di Kelurahan Perwata, Kecamatan Teluk Betung Timur (TBT), Rabu (15/11/2023).

Fandi Tjandra mengungkapkan bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan menjadi pedoman hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Banyak negara negara di muka bumi ini terpecah -belah karena tidak memiliki ideologi negara, beruntung negara Indonesia memiliki ideologi bangsa yakni Pancasila.

“Pancasila menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari, lima sila pancasila tidak bisa di pisiah-pisahkan jadi satu kesatuan yang utuh demi keutuhan bangsa NKRI,” demikian diungkapkan Anggota DPRD Kota Bandar Lampung, Fandi Tjandra yang telah 2 periode terpilih sebagai wakil rakyat.

Menurut anggota DPRD Komisi II dari fraksi PDI-Perjuangan ini, bahwa partai yang dinaungi dia, tetap konsisten sedari dulu dalam memperjuangkan ideologi pancasila mengamanatkan kepada seluruh kadernya dari tingkat pusat sampai tingkat plosok negeri, agar selalu menjaga pancasila tetap ada di dalam dada didalam hati rakyat Indonesia.

“Saya hadir disini sebagai bentuk tugas anggota DPRD dan sebagai kader partai PDI-Perjuangan untuk menjaga pancasila tetap menjadi ideologi bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Mengakhiri sambutannya Fandi Tjandra, menyebutkan sosialisasi akan di perdalam dengan hadirnya 2 orang Narasumber, yang pertama adalah Melinda, S.sos, MM dan  KH Ahmad Ishomuddin. M.Ag, Rais AM PBNU 2010 – 2015 dan juga sebagai Dosen di UIN Lampung sebagai narasumber kedua.

“Nanti akan di berikan pemaparan oleh narasumber tentang implementasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan sekitar tempat tingal dan juga dapat memberikan penjelasan tentang ideologi pancasila kepada sanak saudara dan juga tetangga di lingkungan rumah”,ungkapnya sembari menutup sambutannya.

Sementara, narasumber pertama Melinda, S.sos, MM yang bekerja sebagai staf ahli pimpinan DPRD kota Bandar Lampung menjelaskan tentang penjabaran sila-sila pancasila dimana sila sila-sila pancasila mengandung makna sebagai pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara dalam kehidupan sehari-hari.

“Seperti pada sila pertama Pancasila ketuhanan yang maha Esa maknanya saling menghormati dan menghargai antar pemeluk agama. Demikian juga seperti dalam sila lain-nya sila ke tiga yang berlambang pohon beringin agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh NKRI, jangan mudah terpecah belah dan juga jangan mudah terprovokasi dengan hasutan oknum yang tidak bertanggungjawab.” Paparnya.

Kembali diterangkan makna Sila ke-empatnya, “maknanya dimana bangsa Indonesia senantiasa mengedepankan musyawarah untuk mufakat, saling rembuk dalam pengambilan keputusan, dan juga dalam even demokrasi pemilihan umum pada memilih calon presiden dan juga legislatif, memilih secara bebas dan demokrasi.

 

Sekretaris DPC PDI-P Kota Bandar Lampung ini memaparkan, dengan lahirnya pancasila sebagai ideologis negara, juga menjadi perekat bagi bangsa Indonesia yang penuh dengan perbedaan.

“Banyaknya perbedaan baik suku bangsa, agama budaya dan lain-lainnya jadikan sebagai perekat NKRI. Budaya Gotong royong adalah budaya Indonesia yang menjadi perekat dan pemersatu bangsa, tidak lagi membedakan agama suku dan sebagainya.”ujarnya.

Narasumber ke dua, KH Ahmad Ishomuddin. M.Ag. yang pernah menjadi salah satu Rais AM PBNU periode 2010 sampai 2015, menjelaskan banyak terjadinya intoleransi terutama yang terjadi dibeberapa negara di Timur tengah.

“Di sebagai negara di Timur Tengah yang sekarang sedang bersengketa, knapa sampai terjadi peperangan padahal agama nya sama, sama Islam, karena mereka-mereka itu memiliki watak seperti wataknya pasir pasir, pasir itu buliran-bulirannya, butir-butir itu seperti kerikil-kerikilnya juga batu-batunya juga sulit disatukan karena tidak memiliki ‘perekat’, berbeda halnya dengan Indonesia, sebagai bangsa yang besar ini memiliki perekat pemersatu, namanya PBNU, P-nya itu Pancasila, B-nya Itu Bhineka Tunggal Ika, N-nya itu NKRI, dan U-nya adalah Undang-Undang Dasar 1945, maka bersyukur kita hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia”,ungkapnya.

Diterangkan oleh Gus ISOM, nama panggilan tokoh NU yang lahir di Pringsewu, provinsi Lampung ini bahwa bangsa kita sebagai bangsa yang besar beraneka suku bangsa dan agama merupakan sebuah keniscayaan.

“Dalam bermasyarakat di Indonesia, kita memiliki berbagai macam suku bangsa, seperti pak Chandra keturunan Tionghoa, dan saya suku Jawa yang lahir di Pringsewu Lampung, adapun agama, sebagian kita yang hadir adalah muslim, dan pak Candra memiliki agama Kristen, oleh karena itu, kita wajib menjaga toleransi sesama anak bangsa, dan jangan melakukan pemaksaan terhadap kepercayaan kita kepada orang lain yang berbeda dengan kita, makna bhineka tunggal Ika harus kita kedepankan dalam kehidupan dimasyarakat”, ungkapnya.(red).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *